Perekonomian Indonesia
WAJAH PEREKONOMIAN INDONESIA
Perekonomian Indonesia adalah suatu bentuk sistem
yang berfungsi untuk mengatur serta menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi,
dilakukan melalui hubungan antar manusia dan kelembagaan. Indonesia adalah
negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi; potensi yang mulai
diperhatikan dunia internasional. Ekonomi indonesia memiliki sejumlah
karakteristik yang menempatkan negara ini dalam posisi yang bagus untuk
mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Selain itu, dalam beberapa tahun
terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk mengekang ketergantungan
Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus meningkatkan peran industri
manufaktur dalam perekonomian. Pembangunan infrastruktur juga merupakan tujuan
utama pemerintah, dan yang perlu menyebabkan efek multiplier dalam
perekonomian. Negara Indonesia pernah mengalami perubahan sistem perekonomian
karena ada pengaruh dari berbagai Negara. Berikut ini adalah berita yang menunjukkan
Perekonomian Indonesia, Laporan Triwulan Pereknomian Indonesia Maret 2017 untuk
melanjutkan perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi bertambah untuk pertama kalinya
dalam lima tahun terakhir, naik menjadi 5.0 persen pada tahun 2016 dari 4,9
persen pada 2015, meski ketidakpastian kebijakan global masih tinggi. Rupiah
yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka pengangguran dan naiknya upah
riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi swasta. Sebaliknya, belanja
pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat menjadi penghambat pertumbuhan
ekonomi untuk 2016 secara keseluruhan. Fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh,
didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit neraca berjalan dan
tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang rendah dalam, defisit fiskal
yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah. Kemiskinan dan ketimpangan juga
menurun pada tahun 2016. Kredibilitas fiskal yang menguat dengan adanya
pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran yang lebih bisa dicapai dalam APBN
2017, memperkuat kepercayaan investor. Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar
2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6 persen di tahun
2015. Defisit neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun
terakhir, yaitu 0.8% dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor
manufaktur menguat. Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca
berjalan berkurang dari 1,8% dari 2.0% pada tahun 2015. Pertumbuhan PDB riil
diproyeksikan naik menjadi 5,2 persen di tahun 2017, dan mencapai 5,3 persen
pada 2018.
Konsumsi rumahtangga diproyeksikan semakin baik
dengan adanya Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya
angka pengangguran. Pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring
pulihnya harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2016
dan mulai berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini. Harga komoditas yang
lebih tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja
pemerintah, sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.
Laporan ini juga berisi kajian mengenai perdagangan jasa. Dan mengusulkan
untuk menguransi hambatan pada sektor jasa untuk meningkatkan produktivitas dan
daya saing . Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development,
Indonesia termasuk negara dengan hambatan terbanyak untuk perdagangan jasa.
Hambatan perdagangan untuk jasa mengurangi mutu sebuah layanan juga menghambat
produktivitas sektor-sektor ekonomi lain. Menghilangkan hambatan tersebut akan
membawa manfaat ekonomi yang luas.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas
menyebutkan kondisi perekonomian Indonesia pada 2017 dihadapkan berbagai
tantangan yang tidak ringan dan bisa mengejutkan, baik yang datang dari
eksternal maupun domestik. Hal ini disampaikan Ronald Waas dalam Sertijab
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Bambang Himawan kepada
Endang Kurnia Saputra di Bengkulu.Ekonomi dunia yang semula diproyeksikan
tumbuh 3,5 persen harus dikoreksi menjadi 3 persenyang lebih rendah dibanding
tahun lalu 3,1 persen. Potensi
bias ke bawah ini didorong oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak
sekuat. Proyeksi sebelumnya, dan ekonomi Tiongkok masih mengalami perlambatan. Kenaikan
suku bungan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang diperkirakan
terjadi pada Desember 2016 turut menimbulkan ketidakpastian di pasar dan
mempengaruhi perkembangan ekonomi global. Kondisi
ini menunjukkan Indonesia harus lebih keras lagi untuk dapat bersaing dalam
perekonomian dunia. Berkaca pada tantangan tersebut BI mencanangkan bauran
kebijakan yang mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan BI senantiasa
diarahkan untuk menciptakan kondisi makroekonomi yang stabil, terutama
pencapaian inflasi menuju sarana yang ditetapkan, dan menunrunkan defisit
transaksi berjalan.
Komentar
Posting Komentar